Rabu, 05 Maret 2014

ff suju

LOVE IS THE ONLY ANSWER

loveistheonly
Nama : @Quincyara
Judul Cerita : LOVE IS THE ONLY ANSWER
Tag (tokoh/cast) :  – Lee Donghae (Super Junior)
- Cho Jiyoo (OC)
- Cho Kyuhyun (Super Junior)
- Kim Jonghyun (SHINee)
Genre : Romance
Rating : PG-15
Length : One-Shot
Catatan Author : Annyeong~ ini ff pertama saya yang dipublish disini (mudah-mudahan dipublish sama yg punya blog /plakk)
Ini ffnya saya terinspirasi dari Chinese Movie yaa~ jadi kalau ada nemu kesamaan ya harap dimaklumi, karena namanya juga terinspirasi =)))
Oke langsung dicek aja, cekidot~~
*Author pov*
Jiyoo mendesah gusar saat kekasihnya, Kim Jonghyun menanyakan hal yang sama berulang kali. Ketakutan menyergap Jiyoo jika nantinya Jonghyun marah dan memutuskan hubungan mereka hanya karna ia melihat nama Lee Donghae dikontak ponsel Jiyoo.

Alasannya tidak lain karena Jonghyun tahu siapa Lee Donghae. Dulu mereka pernah satu sekolah saat SMA dan Donghae memang bukan pria yang baik dimata orang-orang walaupun ia tampan dan memesona hampir semua siswi. Donghae dikenal sebagai seorang playboy.
Dan Donghae adalah mantan kekasih Jiyoo.
“Jiyoo-ya~ jawab aku. Kenapa kau bisa punya nomor ponselnya lagi? Kau bertemu dengannya dimana?”
Jiyoo menggeretakkan gigi. Sial sekali karena ucapan Jonghyun barusan memang benar adanya. Bahkan Jiyoo berpikir apa Jonghyun mengikutinya tadi hingga ia bisa tahu semua itu? Namun buru-buru Jiyoo menepis pikiran tersebut sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dan itu membuat alis Jonghyun menyatu saat melihatnya. Bingung.
“Kau kenapa?” nada bicara Jonghyun mulai melemah.
Jiyoo mendongak menatap Jonghyun yang sedari tadi berdiri dihadapannya.
“Mianhae chagiya~ Aku mau jujur tapi aku takut.” Jiyoo memberengut sekaligus sangat menyesal karna pertemuannya dengan Donghae yang sebenarnya tak disengaja hari ini.
Jonghyun menghela nafas. “Kenapa kau menemuinya?”
“Aku tidak menemuinya!” dengan cepat Jiyoo berseru protes. “Kami bertemu di jalan saat aku pulang kerja kemarin. Dia menyapaku lalu kami berbincang sesaat. Setelah itu dia mengajakku makan. Hanya itu.”
Jiyoo memajukan bibirnya karena merasa dituduh yang tidak-tidak. Mana mungkin ia menemui Donghae yang dulu pernah menyakiti hatinya. Apalagi mereka sudah lost contact selama bertahun-tahun.
-flashback-
*Jiyoo pov*
“Hai..halo..”
Geez..namja ini benar-benar. Sedari tadi aku hanya melihatnya melambaikan tangan sambil melempar senyum genitnya kepada beberapa wanita yang berpakaian kekurangan bahan. Aish apa dia tidak waras?
Aku melipat tanganku didepan dada sebagai ekspresi kalau aku saaaaangat bosan sekarang. Namja ini tadi berkata akan mengajakku makan, dan bukannya ke restoran malah ia mengajakku kesini. Kami didalam sebuah klub sekarang. Yang benar saja. Apa dia tak bisa membedakan restoran dan klub?
“Cho jiyoo~ kenapa kau diam saja?” tanyanya padaku setelah hampir 10 menit ia sibuk dengan dunianya sendiri.
“Aku ingin pulang, Donghae.”
“Mwo? Aish katamu tadi kau mau makan.. Kau bahkan belum memesan apapun masa mau pulang?”
Aku menatap malas padanya. Lee Donghae. Namja tergila dan tergenit yang pernah kukenal.
“Justru karna aku belum memesan apapun aku ingin pulang.” Jawabku datar.
“Wae wae? Apa kau tak merindukan mantan namjachingumu ini eo? Kita baru saja tadi bertemu setelah sekian lama. Masa kau meninggalkanku begitu saja~”
Aku ingin muntah mendengar rengekannya sungguh. Yah tapi ada benarnya juga. Aku dan Donghae baru saja bertemu tadi setelah hampir 3  tahun tidak bertemu.
Setelah kami putus dan lulus sekolah dulu aku dan Donghae tidak saling memberi kabar karna aku dan dia putus secara ‘kurang baik-baik’. Aigoo hatiku nyeri mengingat apa penyebab kami putus.
Aku menemukan video dia dan yeoja yang entah kutak tau siapa sedang errr bercinta. Video nista itu tak sengaja kutemukan di laptopnya saat sedang kupinjam untuk membuat tugas. Yah aku tau aku memang tak sopan karna dengan lancangnya membongkar milik pribadi orang lain, tapi aku yakin itu jalan yang diberikan Tuhan untukku. Aku bukanlah orang yang keberatan dengan sex bebas walaupun aku belum pernah melakukannya, tapi jika kau memiliki pasangan harusnya kau tau diri dan tak melakukan itu dengan yeoja lain dibelakang pacarmu diam-diam.
Sebenarnya aku sedikit heran saat bertemu Donghae tadi di jalan, aku kira dia akan mengabaikanku karna saat putus dulu aku ingat sekali kami bertengkar dan aku menamparnya cukup keras. Namun aku salah, Donghae lah yang duluan menegurku dan mengajakku makan. Otak namja ini agak rusak sepertinya~
Dan oh ya juga aku bukan tipe yeoja yang banyak bicara. Bisa dibilang aku ini seorang yang pelit bicara atau pendiam. Saat putus dari Donghae dulu aku hanya sedikit bicara dengannya dan lebih banyak menangis, walaupun tidak berlarut-larut sampai berhari-hari. Sekali lagi,mungkin ini adalah jalan Tuhan untukku. Dan mungkin juga untuk pertemuan kami hari ini, yang aku belum tahu apa artinya.
“Kau mau makan apa, Jiyoo-ya? Aku pesankan hehe”
“Ada apa denganmu, Donghae?”
“Apanya?”
Aku menghela nafas. “Apa kau tak marah padaku?”
“Marah padamu? Karna apa?”
“Aku menamparmu dulu. Keras sekali. Ah apa itu sakit?” Aku menggigit bibirku.
Donghae tertawa kecil. “Mwoya~~ aku bukan namja yang masih saja suka mengingat masa suram seperti itu, Jiyoo-ya~ Kita sudah berbeda sekarang. Oh ya kau mau makan apa?”
“Aniya tak usah~” aku menggeleng pelan lalu menunduk. Entah. Ada rasa menyesal sedikit dalam hatiku. Bukan karna putus dengannya, hanya saja menyesal kenapa aku tak bisa melupakan masa lalu seperti yang Donghae lakukan. Lagipula aku sudah punya kekasih sekarang.
“Wae?” Tanya Donghae lagi. Ia meneguk vodkanya lalu menawarkannya padaku. Aku menggeleng, menolak.
“Aku baru saja ingat aku akan makan malam dengan kekasihku nanti malam.”
“Heo~ kau sudah punya kekasih? Yah pantas saja kau berubah jadi dingin padaku kkk..” Donghae tertawa sambil mendorong-dorong bahuku pelan. Kekanakan sekali.
“Hishh dasar aneh. Aku mau pulang, Donghae..”
“Yah kenapa? Apa kau tak lihat eo banyak sekali namja tampan disini.”
Aku menatapnya datar. “Hey aku sudah punya kekasih.”
“Oh iya aku lupa.”
“Tsk. Kau sendiri apa sudah punya?”
Donghae menggeleng, dan membuatku melotot. Mustahil. Donghae sebenernya tidak jelek. Ia sangat tampan, makanya ia dulu diberi gelar playboy dan yeoja disekolah bisa tersihir dengan senyum mautnya termasuk aku. Tapi yah dasar playboy, sudah punya pacar pun masih bisa bercinta dengan yeoja lain.
Ah sial. Aku mengingatnya lagi! ><
“Aku malas. Aku hanya ingin bersenang-senang sekarang tak ingin terikat dengan siapapun.”
“Apa karna aku?”
“Pfffthahaha apa? Yak kau percaya diri sekali ya?”
Donghae tertawa lebar dan jelas saja membuatku tersinggung. Aku kan hanya bertanya. Tak perlu seperti itu dasar kau pendek. Ish!
“Kkk mianhae Jiyoo-ya~ aku hanya bercanda.” Ucap Donghae lalu memeluk pinggangku dari samping.
Aku segera mendorongnya. Hhhh bisa mati aku kalau kekasihku tau aku pergi berdua dengan mantanku seperti sekarang. x_x
“Ne arrasseo. Dasar kekasih orang. Haha”
Aku hanya tersenyum tipis mendengarnya. Dan disatu sisi sedikit lega karena ternyata Donghae tidak menaruh dendam padaku.
-flashback end-
*Author pov*
“Lalu kenapa kau mau?”
Pupil Jiyoo melebar. Pertanyaan Jonghyun barusan sangat menohok didadanya. Benar juga. Kenapa ia mau saja diajak Donghae?
“Jiyoo jawab aku..” Jonghyun mengetukkan alas sepatunya ke lantai beberapa kali menandakan ia tak ingin menunggu jawaban kekasihnya ini terlalu lama.
Sementara Jiyoo hanya menunduk sambil meremas tali tas sandangnya yang berwarna biru muda. Dari jauh bisa saja orang menilai ini adalah sebuah interogasi yang serius. Tapi oke itu berlebihan. Jonghyun tak mengenakan seragam kepolisian karena namja ini memang bukan polisi.
“Jiyoo~ Cho Jiyoo~ kau ingin kutinggal?”
”Aniya!” jawab Jiyoo cepat. “Aku tak tahu saja. Aku hanya ingin berteman dengannya chagi.”
Jonghyun berdeham. “Dan kau ingin bertemu dengannya lagi? Begitu?”
“Ani..”
“Kalau begitu kenapa kau menyimpan nomor ponselnya?”
Telak. Jiyoo menghembuskan nafas terdengar seperti putus asa. Kekasihnya ini memang sangat berbakat sekali dalam hal memojokkan orang seperti ini. Jiyoo sebenarnya dipaksa oleh Donghae untuk menyimpan nomor ponsel namja itu.
Tapi jika Jiyoo mengatakan jawaban yang sebenarnya, Jonghyun pasti akan bertanya hal lain yang lebih menohok.
“Kau hapus saja kalau memang itu membuatmu kesal.” Jawab Jiyoo pada akhirnya. Jiyoo berdiri lalu menyampirkan tasnya di bahu kiri bermaksud ingin pergi. Namun buru-buru Jonghyun menahannya.
“Aku antar.”
“Aku bisa sendiri.”
“Kenapa jadi kau yang marah?”
Jiyoo membuang nafas kasar. “Aku hanya ingin perdebatan konyol ini terus berlanjut chagiya. Donghae dan aku tidak ada apa-apa. Dan kurasa itu cukup menjelaskan semuanya. Lalu tentang nomor ponsel itu Donghae yang memintaku untuk menyimpannya karena ia masih ingin berteman denganku. Apa itu salah untukmu? Salah jika aku berteman dengan mantan kekasihku? Kalau memang salah kau hapus saja. Atau kau belah saja ponselku jadi dua.”
Jonghyun terdiam. Ini adalah kali pertama Jiyoo berkata setajam ini padanya setelah sekian lama mereka berhubungan.
“Kau tau..” lanjut Jiyoo. “Kalau aku masih menginginkan Donghae jadi kekasihku seperti dulu aku tidak akan menjadi kekasihmu sekarang.”
“Jiyoonie~” Jonghyun meraih punggung Jiyoo lalu memeluknya. “Mianhaeyo..”
Jiyoo tersenyum tipis sambil membalas pelukan Jonghyun. Ia begitu menyayangi namja ini. Terbesit rasa sesal dalam hatinya telah berkata tajam seperti tadi.
“Aku tidak apa-apa. Hapus saja nomor itu jika memang mengganggumu.”
“Ani ani. Simpan saja. Itu hakmu.”
Jiyoo terkekeh. Hatinya begitu tenang saat Jonghyun mengeratkan pelukannya.
“Saranghae Jiyoonie~”
“Nado chagi~”
****
“Bisakah kau jangan menelponku larut malam???” teriak Jiyoo pada ponselnya. Ia kesal sekali karena tidurnya yang baru saja  berlangsung sekitar 20 menit itu terganggu karena panggilan dari seseorang.
“Hehehe maaf.. Aku hanya bosan.” Sahut dari seberang.
Jiyoo kembali melirik jam diatas nakasnya, untuk memastikan bahwa namja yang sedang menghubunginya ini memang benar-benar sudah tidak waras.
“Sekarang jam 11 Lee Donghae~” Jiyoo melenguh malas. Ia memutar tubuhnya lalu menutup bagian belakang kepalanya dengan boneka beruang besarnya yang berwarna biru.
“Aku bosan Jiyoo~ temani aku jalan ya.”
“I told you i have boyfriend, arrasseo?” Jiyoo menguap.
“Terus? Hey aku hanya mengajakmu keluar bukan berkencan.” Donghae memutar bola matanya.
Jiyoo tertawa kecil. “Ah sekarang sudah malam. Dimana yeoja-yeoja cantik yang selalu kau goda itu? Kemana tak ajak mereka saja?”
Giliran Donghae yang tertawa sekarang.
“Aku hanya main-main dengan mereka hey. Aku bahkan tak menganggap mereka temanku. Mereka bukan siapa-siapa, sedangkan kau adalah temanku Jiyoo~ Ayolaaah..”
Jiyoo meringis mendengar suara Donghae yang terdengar seperti rengekan bayi pada ibunya. Dan itu sangat menyebalkan. Baru saja kemarin Jonghyun menegurnya hanya karena nomor ponsel. Bagaimana jika Jonghyun tau Jiyoo dan Donghae keluar dan jalan-jalan ditengah malam seperti ini? Jiyoo tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi nanti.
“Aku tak bisa.” Ucap Jiyoo akhirnya.
“Eh waeyo?”
“Aku bisa dimarahi Jonghyun nanti.”
“Kasihan sekali kau punya kekasih yang posesif seperti itu.”
Jiyoo mendecak protes membuat Donghae kembali tertawa.
Donghae dan Jonghyun memang memiliki sifat yang sangat berbeda. Walaupun Donghae agak ‘nakal’ namun ia tidak pernah bersikap begitu posesif kepada Jiyoo dulu. Ia membiarkan Jiyoo berteman dengan siapa saja selama Jiyoo bisa menjaga diri karena Donghae merasa yakinj 100% pada yeojanya itu. Sampai-sampai Jiyoo sering merasa kesal sendiri karena berpikir jika Donghae tak sungguh-sungguh menyayanginya.
Namun tak ada yang mengetahui isi hati Donghae yang sesungguhnya karena Donghae bukanlah orang yang suka bercerita banyak kepada siapapun. Termasuk Jiyoo.
“Jangan mengasihaniku.” Ucap Jiyoo tajam.
Donghae tergelak. “Yayaya~ Hey aku kerumahmu saja ya?”
“Mwoooo?”
“Aku kerumahmu, Cho Jiyoo~ Kau bilang oppamu, si gila Cho Kyuhyun itu sedang study diluar negeri.”
“Tapi.. Donghae..”
“Aku kerumahmu sekarang. 15 menit lagi aku sampai. Ok bye~~”
“Lee Donghae!! Lee Donghae!!”
Jiyoo mengerang saat teriakannya sia-sia. Donghae sudah memutus sambungan teleponnya dan Jiyoo tau sekali Donghae selalu sungguh-sungguh dengan setiap ucapannya.
Jiyoo berjalan malas kekamar mandi dan mencuci mukanya. Menatap sesaat bayangannya dicermin. Tiba-tiba saja bayangan video Donghae yang sedang bercinta itu melintas. Buru-buru Jiyoo menutup wajahnya dengan handuk sambil menggumam.
Jiyoo hanya takut jika hal itu akan terjadi padanya nanti. Donghae masih sama. Donghae yang hobi tebar pesona dan mungkin saja ia sudah meniduri yeoja lebih dari sekali seperti yang Jiyoo lihat di video itu.
Jiyoo menggelengkan kepalanya beberapa kali lalu membuang nafas perlahan. Jiyoo lalu keluar dari kamar mandi dan berjalan menyusuri dapur. Seret langkahnya terdengar jelas dan menggema dirumah yang cukup besar ini. Rumah yang dibeli oleh Cho Kyuhyun –oppanya- yang sekarang sedang melanjutkan study S2 di London.
Jiyoo meringis setelah menenggak segelas air putih. Tiba-tiba ia merasa begitu merindukan Kyuhyun yang sangat dan selalu peduli padanya itu. Dan tentu saja pada orangtuanya, yang sekarang sedang berada didunia yang sudah berbeda.
Sudah hampir satu dekade dan Jiyoo mau tidak mau menjadi terbiasa mandiri sekarang. Memang, ia selalu mendapat kiriman uang dari Kyuhyun yang juga bekerja di perusahaan besar disana. Tapi untuk menambah sedikit uang jajannya –sekaligus menabung- Jiyoo bekerja di sebuah toko buku menjadi seorang kasir meskipun hanya pada akhir pekan. Tanpa sepengetahuan Kyuhyun tentunya.
Toktoktok~
Jiyoo menaruh gelasnya diatas meja saat mendengar suara ketukan pintu. Saat melintasi lorong ruang tamu Jiyoo melirik pada jam dinding.
“Jinjja~ 5 menit lebih cepat. Apa dia ninja?” cibirnya.
Jiyoo meraih gagang pintu lalu memutar kenop setelah membuka kuncinya terlebih dahulu.
“Wah daebak.” Ucap Jiyoo datar. Orang didepannya adalah benar Donghae yang sudah tahu rumah Jiyoo saat mengantar Jiyoo dari klub kemarin.
Donghae memasang tampang bingung mendengar ucapan Jiyoo.
“Mwo?”
“Aniyo, masuklah~”
Jiyoo masuk meninggalkan Donghae dibibir pintu.
“Yeoja aneh.” Ledek Donghae. Ia lalu mengekor langkah Jiyoo ke arah dapur.  Donghae duduk dikursi dan dengan seenaknya mengambil gelas Jiyoo yang tadi digunakan Jiyoo untuk minum.
“Hey itu punyaku!!”
“Heo? Biarkan saja. Kita dulu juga pernah berciuman.”
Jiyoo membelalak. Sedang Donghae terlihat cuek lalu berdiri dan membuka kulkas mencari makanan.
“Donghae..sebenarnya kau mau apa kesini?”
“Hanya berkunjung. Rumahmu bagus juga. Apa Kyuhyun sekarang menjadi seorang bos?” ujar Donghae dengan mulut yang agak penuh setelah menggigit buah apel yang baru saja diambilnya dari keranjang buah didalam kulkas.
“Ah tidak. Dia hanya karyawan biasa.”
“Dia kemana?”
“London.”
“Apa kau tak kesepian?” tanya Donghae lalu kembali menggigit apelnya disisi yang sama.
“Ya..hanya di malam hari. Aku punya teman dikampus dan toko buku. Dan aku juga punya kekasih. Jadi yah tak terlalu kesepian.” Jiyoo mengambil apel di tangan Donghae lalu ikut menggigitnya.
“Kau harus menikah.” Kata Donghae sambil merebut apelnya.
“Mwoya~ hahaha aku masih 19 Lee Donghae. Aku belum siap.”
“Apa namjamu tak pernah membicarakan pernikahan?”
“Jonghyun? Aniya~ kami kan sama-sama masih muda. Wae?”
Donghae mengambil kursi dan kembali duduk. Dua kakinya ia selonjorkan diatas meja. Mata Jiyoo membulat, dipukulnya kaki Donghae namun tak begitu Donghae perdulikan.
“Jiyoo, apa kau percaya aku sudah berubah?”
“Berubah maksudmu?”
“Hmm aku merasa sadar saat mendapat tamparan darimu dulu. Dan apa kau percaya aku tak pernah bercinta lagi hingga sekarang? Kau harus percaya karena aku jujur.”
Jiyoo tertawa. “Benarkah?”
Donghae mengangguk. “Aku kesepian. Kau tahulah aku ini anak tunggal, aku sangat kesepian dirumah jadi aku mencari hiburan diluar dengan menggoda yeoja-yeoja itu. Tak lebih dari sekedar hiburan, Jiyoo-ya~”
Jiyoo mengambil posisi duduk disebelah Donghae lalu meninju pelan bahunya. Senyum melengkung dibibirnya saat mendengar untuk pertama kalinya Donghae bercerita tentang hidupnya tanpa diminta.
“Yah kurasa kau memang sudah berubah.” Jiyoo menepuk-nepuk bahu Donghae lalu menyandarkan kepalanya. Ia merasa tak canggung lagi pada Donghae kali ini.
“Kau mengantuk?”
“Tidak. Kau sudah mengganggu tidurku kau tahu.”
“Kkk mianhae~ aku hanya bosan saja. Hey kalau Jonghyun tahu aku dirumahmu sekarang apa ia akan marah ya?”
“Tentu saja babo!” Jiyoo berseru kesal lalu mengangkat kepalanya.
“Hehehe aku pulang sekarang ya.”
“Hmm oke~”
Donghae mengelus lengan Jiyoo lalu bangkit dan berjalan keluar. Jiyoo mengikutinya.
“Terima kasih sudah membukakan pintu. Kkk..”
Jiyoo mengangguk sambil tersenyum.
“Tidurlah setelah ini.”
“Ne Tuan Donghae~ ckckck”
Donghae tertawa. Dirapatkannya mantel coklat yang membalut tubuh bagian atasnya.
“Kkalkke..”
Jiyoo mengangguk. Setelah Donghae benar-benar pergi Jiyoo mengunci pintu dan kembali masuk kekamarnya.
Jiyoo menghela nafas, ia merasa sudah mengkhianati Jonghyun untuk kedua kalinya dan membuatnya begitu merasa bersalah.
Namun tak dapat dipungkiri, Donghae yang sekarang membuatnya merasa nyaman.
****
Minji beberapa kali memalingkan kepala pada Jiyoo yang tampak murung sambil sesekali memutar ponsel ditangan kirinya. Pandangan Jiyoo yang lurus saja kedepan dan matanya yang tidak kunjung berkedip membuat Minji sedikit takut.
“Ah ne gamsahamnida. Datang lagi ya~” ucap Minji ramah pada customer yang baru saja berlalu.
Minji melirik jam tangannya.
“Jiyoo-ya~ sudah jam 6. Sebentar lagi shift kita habis. Kau sudah makan belum?” tanya Minji sambil merapikan beberapa barangnya lalu memasukkan kedalam tas.
Hening. Tak ada jawaban dari Jiyoo. Yeoja itu masih pada posisinya seraya sesekali menghela nafas.
“Jiyoo~ Cho Jiyoo~!”
“Hoo ne??”
Minji memutar bola matanya sebal.
“Kau mau pulang apa mau berdiam diri saja disitu?” tanya Minji sambil menyandang tasnya.
“Hhh maafkan aku Minji-ya~” ucap Jiyoo penuh sesal lalu ikut merapikan barang-barangnya dan memakai mantel biru kesayangannya serta sepasang sarung tangan. Udara Seoul begitu dingin akhir-akhir ini.
“Ada apa denganmu?” tanya Minji halus sambil memegang bahu Jiyoo.
Ia tahu memang ada yang tidak beres dengan Jiyoo hari ini. Jiyoo adalah sosok yang lumayan pendiam tapi ia jarang sekali melamun apalagi ketika bekerja. Jika toko buku sedang tak ramai pengunjung, yang Jiyoo lakukan pastilah hanya mendengarkan musik atau sekedar membaca komik yang ia bawa sendiri dari rumah karena Jiyoo memang gemar membaca komik. Jarang sekali Minji melihat Jiyoo tampak murung seperti hari ini.
“Jonghyun..”
Wajah Jiyoo bertambah murung saat mengatakannya.
“Kekasihmu? Kenapa dia?”
“Aku lapar. Kita ceritanya sambil makan saja otte?” ucap Jiyoo.
Minji menjawabnya dengan anggukan. Jiyoo tersenyum lalu menggandeng Minji keluar sekalian menutup toko.
*
“Dia jelas-jelas berubah.” Jiyoo menyuap sendokan terakhir eskrim kemulutnya setelah bercerita cukup banyak pada Minji. Gelas eskrimnya sudah habis dan membuat Jiyoo tambah kesal.
“Apa kalian pernah bertengkar? Maksudku akhir-akhir ini.” Tanya Minji khawatir.
Jiyoo mengangguk. “2 minggu yang lalu.” Jawabnya.
“Astaga Jiyoo itu sudah lama sekali. Kalau boleh kutahu apa penyebabnya?”
Jiyoo menghela nafas. “Mantan kekasihku. Kami kembali bertemu setelah sekian lama. Jonghyun mengenalnya maka dari itu ia marah ya walaupun bukan marah besar. Tapi kenapa ia harus mengabaikan telpon dariku? Aku merasa aneh.”
Jiyoo menggembungkan pipi kanannya sambil mengaduk-aduk gelas yang kosong. Jonghyun tak pernah seperti ini sebelumnya dan itu membuat Jiyoo sangat takut.
Minji memerhatikan wajah Jiyoo  yang tampak sangat sedih. Walaupun baru beberapa bulan mengenal Jiyoo, namun Minji sudah menganggap Jiyoo seperti adiknya sendiri karena memang Jiyoo lebih muda 2 tahun darinya.
Minji merasa iba pada Jiyoo yang hidup sendirian selama hampir setahun.
“Jiyoo~ kau dan kekasihmu harus bertemu. Apa ia tidak kekampus juga?”
“Kami sedang libur semester.”
“Oh iya hehehe..” Minji tertawa tidak enak sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.
Namun dua detik kemudian ia terdiam. Matanya melotot. Minji menggelengkan kepalanya untuk memastikan yang ia lihat tak salah. Jantung Minji berdetak cepat, tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Kembali ia memandang Jiyoo iba dan penuh khawatir.
“Ji-jiyoo…”
“Ne?”
“Coba kau kirimkan lagi pesan pada kekasihmu, tanyakan dimana dia sekarang. Aku harap dia akan membalasnya.”
“Arrasseo. Akan kucoba lagi.” Jiyoo mengangguk setuju lalu fokus kepada ponselnya.
Sedang Minji, pandangannya kembali tertuju pada pemandangan yang membuat ia terkejut tadi. Disana, Jonghyun dan seorang yeoja dengan pakaian yang cukup terbuka  sedang saling merangkul.
Minji meringis geram. Ia kasihan sekali jika Jiyoo tahu betapa jahatnya kekasih yang sangat Jiyoo cintai selama ini justru sedang merangkul yeoja lain yang tampak seperti wanita penghibur. Minji tak tega melihat Jiyoo yang harus merasa tersakiti karena pria seperti itu.
Mata Minji menangkap tangan Jonghyun yang sedang berkutat dengan ponselnya. Pesan dari Jiyoo.
Benar saja, tak lama Jiyoo sudah tersenyum lebar saat membuka pesan diponselnya.
“Minji. Dibalasnya!” seru Jiyoo dan terdengar begitu bahagia.
“Oh..oh ya? Apa katanya?”
Sebisa mungkin Minji mengatur nada bicaranya agar terdengar ikut bahagia.
“Jonghyun mengantar eommanya kerumah halmeoni di Nowon. Aku jadi merasa tak enak.”
“Merasa tak enak karena apa?”
“Aku mengganggu acara keluarga mereka tentu saja karena sudah puluhan kali menghubungi Jonghyun. Mereka pasti merasa terganggu.”
Minji tak tahan mendengar nada penyesalan di ucapan Jiyoo. Minji mengatur nafasnya. Ia harus memberitahu yang sebenarnya pada Jiyoo.
“Maksudmu acara keluarga yang seperti itu?” Minji mengarahkan telunjuknya pada Jonghyun yang sedang tertawa lalu dengan santai mencium pipi yeoja yang dirangkulnya.
“Mwo?”
Refleks Jiyoo menoleh mengikuti arah tangan Minji.
“J..jonghyun?” Jiyoo melotot dan seketika matanya terasa panas. Buru-buru ia menyembunyikan dirinya dibalik mantel yang ia kenakan agar Jonghyun tak melihatnya.
“Jiyoo..uljima..” ucap Minji iba sekaligus menyesal telah membiarkan Jiyoo tahu dengan apa yang dilihatnya. Minji hanya tak ingin Jiyoo merasakan sakitnya di lain hari. Lebih cepat Jiyoo tahu tentang kebusukan Jonghyun justru lebih baik.
“Sudah berapa lama dia disitu?”
“Aku baru saja melihatnya. Hhh Jonghyun bukan orang yang baik untukmu, Jiyoo.”
Jiyoo tersenyum getir. Bulir airmatanya mulai  berjatuhan.
“Aku pulang.” Ucapnya lirih dan langsung berlari menjauh, keluar dari sana.
Ingin rasanya  Minji memukul Jonghyun apabila tadi Jiyoo langsung bergerak melabrak namja itu. Minji menatap jijik pada Jonghyun yang masih asik pada yeojanya dan sama sekali tak menyadari kehadiran Jiyoo dan Minji disana.
*
Jiyoo menghapus airmata dipipinya yang entah sudah berapa kali turun dan seperti tak ingin berhenti. Ini bukan pertama kali Jonghyun berbohong padanya.
Sekitar 2 bulan yang lalu, Jonghyun pernah mengirimkan pesan yang isinya sama persis seperti yang Jiyoo terima tadi. Hanya saja saat itu Jonghyun pergi bersama teman-temannya dan mereka mabuk di klub malam. Dan Jiyoo memaafkannya. Ia terlalu menyayangi kekasihnya itu.
Jiyoo sendiri merasa bodoh karena tidak belajar dari kesalahan.  Jiyoo begitu mencintai Jonghyun saat ini dan ia tak tau bagaimana nanti. Jonghyun sudah membohonginya beberapa kali dan kali ini lebih parah. Jiyoo tak tahu bisa tetap mencintai Jonghyun sampai kapan.
“Agasshi kita sudah sampai.” Supir taxi mengetukkan jarinya ke dashboard dan membuat Jiyoo tersadar.
“Mianhamnida. Apa kita sudah lama tiba, ahjussi?”
“Sudah sekitar 5 menit, agasshi..”
“Aigoo mianhamnida.” Ucap Jiyoo merasa benar-benar tak enak.
Supir taxi itu tersenyum maklum melihat penumpangnya yang memang tampak sedang terpuruk.
Buru-buru Jiyoo membayar dan segera turun.
“Hey kau tidur didalam sana?”
Jiyoo melotot mendengar ia diteriaki. Saat ia menoleh matanya lebih membulat lagi mendapati siapa yang ada didepannya sekarang.
“Donghae?”
“Bukan. Aku Lee Minho. Ck ya jelaslah aku Donghae. Kenapa kau pulang selarut ini?”
“Kenapa kau didepan rumahku?”
Donghae terkekeh. “Kau malah balik bertanya. Kau ini semakin aneh. Haha..”
Jiyoo diam, tak berniat tertawa sama sekali karena suasana hatinya yang buruk. Ia mengabaikan Donghae dan langsung masuk kedalam.
“Ya! Cho Jiyoo!” Donghae berlari mengejar Jiyoo lalu menahan tangannya. “Kau kenapa?”
Jiyoo menghela nafas. “Aku lelah. Aku mau tidur.”
Donghae menyipitkan matanya saat melihat ada sesuatu yang aneh pada yeoja ini. “Kau menangis?”
Jiyoo berdeham lalu mengusap matanya. “Aku hanya mengantuk. Aku lembur hari ini hehe kau pulang saja ya~”
Baru saja Jiyoo melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah namun kembali ditahan oleh Donghae.
“Jangan bohong. Kau tak berbakat soal itu, Jiyoo..” ucap Donghae sambil menatap dalam ke mata Jiyoo membuat tangis Jiyoo meledak seketika. Dipeluknya tubuh Donghae dengan erat. Donghae mengelus rambut Jiyoo sambil berusaha menenangkannya.
“Kita masuk dulu. Aku ingin mendengar ceritamu didalam.”
Jiyoo menggeleng, perlahan ia melepas pelukannya. “Ani. Sebaiknya kau pulang saja. Ini sudah larut.”
“Justru karna sudah larut aku tidak akan pulang.”
“Maksudmu?”
Donghae hanya tersenyum. Ditariknya Jiyoo kedalam rumah lalu didudukkannya Jiyoo disofa.
“Ceritakan padaku.”
Jiyoo masih diam. Belum mampu rasanya ia menceritakan kejadian yang ia alami tadi. Masih terlalu sakit untuk mengingat setiap detailnya untuk diceritakan kepada orang lain.
“Kau pulang saja.” Ucap Jiyoo.
“Aish sudah berapa kali kau mengusirku. Aku ini tamu tau! Tidak sopan.” Seru Donghae yang tentu saja bercanda.
Jiyoo menyeka air yang tertinggal disudut matanya dan masih tetap diam. Donghae menghela nafas. Diliriknya jam yang melingkar dipergelangan tangannya lalu senyum mengembang di wajah tampannya.
“Jiyoo..kau benar ingin aku pulang?”
Jiyoo tak menjawab pertanyaan Donghae. Karna jauh dilubuk hatinya, ia ingin Donghae tetap disini, menemaninya. Bahkan ia ingin Donghae memeluknya hingga pagi seperti yang Kyuhyun selalu lakukan saat Jiyoo sedang sedih.
Dalam keadaan seperti ini sebenarnya yang Jiyoo butuhkan adalah Kyuhyun, hatinya begitu merindukan sosok kakaknya yang hangat dan luar biasa.
“A-andwae..” ucap Jiyoo pada akhirnya. Jujur memang lebih penting daripada gengsi.
“Hmm apa yang terjadi?”
Jiyoo bersandar dibahu Donghae ketika Donghae menarik Jiyoo kepelukannya. Kedua tangannya ia lingkarkan dipinggang Donghae dan itu membuatnya merasa sangat nyaman.
“Aku rindu oppaku. Dia sedang apa?” Jiyoo kembali terisak.
Donghae tahu pasti bukan hanya itu yang membuat Jiyoo menangis seperti ini, namun ia mencoba mengerti dan mengangguk paham. Dielusnya pipi Jiyoo yang basah karna airmata.
“Dia pasti sedang merindukanmu juga.” Ucap Donghae lembut.
Jiyoo memejamkan mata. “Aku sungguh merindukannya. Kyuhyun oppa~ Hhh”
Air mata Jiyoo mengalir semakin deras dibalik isak tangisnya, membuat Donghae sangat miris mendengarnya. Ini kedua kali ia melihat sekaligus mendengar Jiyoo menangis seperti ini setelah yang pertama adalah saat berakhirnya hubungan mereka karna kesalahan Donghae sendiri.
“Donghae..”
“Ne Jiyoo?”
“Mianhaeyo.. Aku ingin meminta sesuatu.”
“Hmm apa itu?”
“Oppa selalu memelukku saat aku punya masalah. Bisa kau lakukan itu? Hanya sampai aku tidur nanti.”
“Kkk arra. Dikamarmu?”
Jiyoo mengangguk lalu bangkit dan berjalan terlebih dahulu kekamarnya. Donghae memerhatikan langkah Jiyoo yang terlihat begitu lemas. Padahal sebenarnya Donghae ingin memberikan sesuatu untuk Jiyoo hari ini namun melihat Jiyoo yang seperti itu Donghae  jadi mengurungkan niatnya. Setidaknya sampai besok saat Jiyoo mulai membaik.
Jiyoo sudah berbaring saat Donghae masuk dan duduk diranjangnya.
“Aku merepotkanmu?” tanya Jiyoo merasa tak enak.
“Tidak sama sekali. Kau tidurlah. Aku akan memelukmu.”
Jiyoo tersenyum lalu mengangguk.Donghae ikut berbaring disamping Jiyoo dan memeluknya.
Hangat.
“Aku ingin menghubungi oppa.”
“Bisa kau lakukan besok. Sekarang istirahatlah dulu arrachi?”
“Donghae..”
“Hm?”
“Gomawo..”
“Cheonmaneyo..” Donghae mengelus rambut Jiyoo dengan lembut membuat Jiyoo perlahan mulai masuk ke alam mimpi.
Donghae heran pada dirinya sendiri. Tak ada nafsu atau perasaan ingin menyentuh Jiyoo lebih sekarang. Berbeda dengan saat ia dan berbagai mantannya yang dulu hampir semua pernah ditidurinya. Yang Donghae rasakan pada Jiyoo saat ini adalah rasa peduli dan ingin melindungi yeoja itu agar tak kembali sakit seperti yang dulu Donghae lakukan padanya.
Donghae menyesal pernah menyakiti Jiyoo dan tergoda pada wanita klub yang ia tiduri hingga akhirnya Jiyoo melihat sendiri video amatiran hasil rekaman tangan Donghae itu.
Andai saja itu tak pernah terjadi……..
*
Jiyoo membuka matanya perlahan saat merasa panas matahari menerpa wajahnya yang sebagian tertutup selimut. Jendela sudah dibuka dan sekarang sudah hampir siang. Jiyoo mengerang pelan begitu merasakan pusing dikepalanya saat ia memposisikan dirinya untuk duduk.
Ia terlalu banyak menangis semalam. Bagian bawah matanya pun tampak bengkak dan agak memerah.
Jiyoo bersyukur ia masih libur semester minggu ini, kalau tidak ia pasti akan malu sekali pada teman-teman dikampusnya nanti.
Mata Jiyoo melebar begitu menyadari sesuatu.
“Donghae?!”
Segera Jiyoo melompat turun dari kasur mencari Donghae keluar.
“Lee Donghae..dimana k..”
Kata-kata Jiyoo terhenti saat mellihat suasana  ruang tamu yang berbeda. Ada beberapa balon dan bunga yang ditempel di dinding. Jiyoo tersenyum melihatnya.
“Ini pasti ulah Donghae kkk”
Jiyoo berjalan menuju meja didekat sofa saat matanya menangkap sebuah kue berbentuk hati diatas sana. Matanya agak membulat saat membaca tulisan diatasnya.
Happy Birthday Jiyoo Cho~
Jiyoo menepuk dahinya. Merasa bodoh karena tak ingat hari ulang tahunnya sendiri.
“Astaga..jadi aku sudah 20?” Jiyoo meringis.
“Ya wanita tua. Kau ini bangunnya siang sekali.”
Jiyoo refleks menoleh ke sumber suara yang berasal dari dapur. Tampak sosok Donghae yang tersenyum sambil membawa nampan berisi sarapan –tepatnya makan siang- untuk Jiyoo.
“Donghae aku kira kau sudah..”
“Pulang?” potong Donghae. “Aku seperti tersangka saja jika meninggalkanmu dalam kondisi seperti semalam.” Donghae duduk di sofa sambil meletakkan nampan di meja. Tangannya menarik Jiyoo untuk duduk disebelahnya.
“Saengil chukkaeeeeeeeee~~!” seru Donghae lalu memeluk erat tubuh Jiyoo yang masih terpaku.”26 Januari. Aku selalu ingat tanggal itu tentu saja, Jiyoo-ya~”
Jiyoo kembali menjatuhkan airmatanya. Terlalu terharu sekaligus miris dengan semua ini. Saat kekasihnya  berkhianat pada malam sebelum hari ulangtahunnya, mantan kekasihnya justru datang dan memberikan kejutan. Entah Jiyoo harus merasa bahagia atau sedih.
Donghae melepaskan pelukannya lalu menghapus airmata Jiyoo.
“Kau menangis lagi. Ck!”
“Mianhae.. Aku sangat berterimakasih untuk ini, Donghae. Aku tak akan ingat hari ini tanggal 26 jika kau tidak membuat ini semua. Kau pasti bangun pagi-pagi sekali.”
“Apa kalian tak punya kalender?”
Candaan Donghae membuat Jiyoo tertawa dan Donghae senang melihatnya.
“Itu lebih baik. Kkk~ sudah ini makananmu dimakan dulu. Sekarang sudah hampir jam 2 siang. Setelah itu kau mandi baru nanti kita potong kuenya arro?”
“Jam 2?!!” seru Jiyoo kaget
“Kau pikir jam berapa? Sudah ini makan dulu.”  Donghae mengambil piring dari atas nampan lalu mengangkatnya kedepan wajah Jiyoo. Bermaksud ingin menyuapinya.
“Mokgo mokgo..” ucap Donghae sambil memainkan sendok. Jiyoo diam saja melihat sepiring nasi goreng dengan 2 telur mata sapi didepannya itu. Bukannnya tak lapar atau tak menghargai masakan buatan tangan Donghae, hanya saja tidak yakin karena ia tak pernah melihat Donghae masak sebelumnya.
“Mwo?” Donghae menyipitkan mata karena merasa masakannya dicurigai. “Ini rasanya enak, Cho Jiyoo~ Kau pikir aku membubuhkan racun disini iya?” seru Donghae protes yang mengundang Jiyoo untuk tertawa.
Jiyoo hanya mengangguk-ngangguk, ia merebut sendok dari tangan Donghae  kemudian menyuapi dirinya sendiri.
“Hoo~”
“Otte? Enak kan?”
Jiyoo tersenyum. Ia hanya mengacungkan jempolnya ke udara sebagai jawaban. Masakan Donghae memang enak.
Mata Donghae berbinar saat melihat ekspresi Jiyoo. Ia senang sekali melihat Jiyoo menikmati masakan buatannya hanya dalam satu suapan.
“Ayo makan lagi! Apa mau kusuapi?” seru Donghae antusias.
“Kkk tak usahlah. Aku bisa makan sendiri Donghae..” tolak Jiyoo halus.
Donghae meletakkan piringanya dimeja, ia lalu memegang erat tangan Jiyoo.
“Aku sudah tahu semuanya.”
“Tahu apa?”
“Kekasihmu selingkuh. Iya kan? Minji temanmu kesini tadi pagi karna khawatir sekali, dia ingin melihat keadaanmu dan memastikan kau baik-baik saja. Aku tak membangunkanmu, karna kau terlihat begitu lelah. Hhh Jiyoo~ aku minta maaf padamu..aku yang memaksa Minji untuk menceritakan semuanya. Dan aku sarankan padamu, sebaiknya kau akhiri hubunganmu dengan Jonghyun. Cari namja yang lebih baik daripada dia dan juga aku.” Donghae kembali ingin memeluk Jiyoo namun Jiyoo menahannya.
“Terimakasih untuk semua rasa pedulimu. Tapi kurasa kita tak perlu membahas Jonghyun sekarang. Aku tak ingin membicarakannya arrasseo?”
“Apa kau marah?” tanya Donghae khawatir namun dengan cepat Jiyoo menjawabnya dengan gelengan.
“Kalau aku marah hanya karna kau peduli padaku itu berarti aku bodoh. Kau sudah terlalu baik padaku, Donghae..”
Donghae tersenyum lega mendengarnya. Sedari dulu Jiyoo memang bukan orang yang mudah marah dan Donghae senang mengetahui Jiyoo masihlah Jiyoo yang sama.
“Oh iya.. Minji menitipkan sesuatu untukmu. Chamkaman~”
Jiyoo menautkan alisnya melihat Donghae berlari kearah pintu. Tubuh namja itu menghilang cukup lama di balik lorong. Jiyoo hanya mengangkat bahu dan kembali sibuk pada nasi goreng buatan Donghae. Ia lapar sekali setelah menghabiskan energi begitu banyak untuk menangis semalam.
“Taadaa~”
“Omo!” Jiyoo melotot melihat Donghae yang tiba-tiba sudah berada didepannya sambil memeluk bantal biru berukuran tiga kali lebih besar dari ukuran bantal normal.
“Ini dari Minji. Katanya ia membuat ini sendiri.” Donghae meletakkan bantal berukuran jumbo itu diatas sofa, disamping Jiyoo.
“Jinjja? Aigoo~” Jiyoo menatap takjub pemberian teman baiknya itu. Jiyoo hampir menangis lagi ketika melihat tulisan berwarna merah gelap yang dijahit rapih disalah satu sudut bantal.
Untuk Cho Jiyoo, teman terbaik yang akan selalu menjadi teman baikku selamanya. Aku akan menjagamu sebisaku, dongsaeng.
“Ah, Minji-yaaa~”
“Kau memang disayangi banyak orang~” ucap Donghae yang ikut membaca tulisan itu.
“Ah hanya satu orang yang memberiku kado.”
“Hahaha tapi banyak yang menyukaimu, Jiyoo. Kau yeoja baik.”
Jiyoo menunduk malu mendengar ucapan Donghae. Jiyoo memang cukup ramah dan tidak pernah membuat masalah pada siapapun dikampus dan lebih memilih untuk diam. Walaupun begitu, Jiyoo bukanlah yeoja yang kurang pergaulan dengan orang disekitarnya. Jiyoo bergaul cukup baik dan mempunyai beberapa teman dekat, dan juga cukup aktif di berbagai program kampus.
Yang dikatakan Donghae memang benar.
Setelah menaruh bantalnya didalam kamar, Jiyoo kembali fokus pada makanannya yang hampir habis. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang sedaritadi memang terasa mengganjal.
“Oppa..”
“Ne?”
“Ah bukan kau. Maksudku Kyuhyun oppa..apa dia ingat hari ini hari ulangtahunku ya?” ucap Jiyoo sedih, wajahnya seketika tampak begitu murung.
“Pasti.” Donghae menepuk bahu Jiyoo. “Dia pasti ingat.”
“Hhh..kalau dia tidak ingat juga tidak apa. Dia pasti sibuk sekali hehehe”
Senyum misterius Donghae mengembang.
“Hmm kau mandi lah dulu. Sekarang sudah siang. Biar aku yang bereskan piring ini. Ok?”
Dengan cepat, Donghae mengambil piring yang isinya masih ada dan membuat Jiyoo melotot.
“Yah! Apa kau tak tulus memberikanku itu? Itu belum habis!” teriaknya.
Donghae hanya mengangkat bahu acuh dan berjalan kedapur. “Sana mandi~~”
Jiyoo memutar bola mata sebal. Ia lalu masuk kamar, dan menuruti Donghae yang menyuruhnya untuk mandi. Jiyoo baru sadar bau badannya cukup tak sedap mengingat hari sudah semakin siang bahkan sudah menjelang sore.
*
Jiyoo keluar dari kamarnya setelah mandi dan berganti pakaian. Hampir setengah jam didalam dan itu membuat Jiyoo merasa tak enak membiarkan Donghae menunggu hingga selama itu. Segera Jiyoo mencari Donghae kedapur, namun nihil. Tak ada Donghae disana. Piring dan gelas kotor maupun perabotan lain semua sudah tertelungkup bersih diatas wastafel. Donghae benar-benar bekerja keras. Jarang sekali seorang Donghae membersihkan perabotan rumah tangga seperti ini. Jiyoo hanya tersenyum geli kemudian beranjak dari dapur, mencari Donghae diruangan lain dirumahnya.
Namun kembali Jiyoo dibuat bingung. Donghae tidak ada dimanapun. Ruang tengah, halaman belakang, kamar-kamar, atau lantai atas sekalipun. Jiyoo mulai khawatir jangan-jangan ia sudah membuat Donghae bosan dengan meninggalkannya berpuluh menit untuk mandi tadi.
Dilihatnya kembali keruang tamu, jaket dan ponsel Donghae yang semulanya diletakkan di kursi juga tak terlihat. Jiyoo meringis.
Ada apa dengan makhluk satu itu?
Jiyoo berlari keluar, karna ia baru saja tersadar ia belum mencari Donghae di teras depan. Namun Jiyoo kembali mendesah kecewa. Mobil Donghae tak terlihat didepan pagar.
“Ish.. seenaknya saja pergi tanpa pamit. Awas saja kupukul kepalanya nanti.” Seru Jiyoo kesal.
“Kepala siapa yang akan kau pukul eo?”
Sebuah suara mengagetkan Jiyoo yang baru saja melangkah turun dari tangga teras. Jiyoo membalikkan badan, mencari sumber suara. Seorang namja dengan setelan rapih sedang duduk disalah satu kursi teras membuat Jiyoo membelalak dan membuat jantungnya hampir mencuat keluar jika hal itu possible.
“O…”
Jiyoo terdiam. Segumpal air menumpuk disudut matanya dan tinggal menunggu detik untuk tumpah dan mengalir dipipinya. Sementara namja itu menatap Jiyoo bingung.
“Kau tak merindukanku?” tanyanya dengan kedua tangan merentang lebar. Mengundang Jiyoo untuk memeluknya.
Pertahanan Jiyoo runtuh. Airmatanya kini tumpah. Tak perlu lama, Jiyoo sudah berlari dan dalam hitungan detik tubuhnya menempel erat pada namja yang kini terkekeh melihat Jiyoo menangis seperti anak kecil.Jiyoo hanya teramat sangat dan sangat sangat merindukannya.
“Oppa neomu geuriwoseo~” ucap Jiyoo disela isakan tangisnya.
“Oppa-do~ Saengil chukkaehamnida nae dongsaeng. Maaf oppa tak bilang ingin pulang ke Seoul hari ini. Kkk..”
Jiyoo semakin menangis, tangis bahagia tentunya dan sangat bahagia. Kyuhyun yang begitu ia rindukan kini sedang dipeluknya begitu erat. Seakan takut jika detik ini juga Kyuhyun akan meninggalkannya kembali ke London.
“Jiyoo-ya~ kajja masuk. Pakaianmu tipis sekali. Tsk!”
*
Jiyoo tersenyum lebar saat merasakan sepasang tangan melingkar memeluknya dari belakang. Orang itu Kyuhyun tentu saja. Kakak dan adik ini berada dikamar Jiyoo sekarang. Tepatnya diatas tempat tidur Jiyoo yang berukuran tidak terlalu besar.
“Dongsaeng..oppa rindu sekali padamu.” Kyuhyun mencubit pipi Jiyoo gemas. “Kau sekarang kurus sekali.”
“Oppa sudah 4 bulan tidak pulang. Jahat.” Ucap Jiyoo pura-pura merajuk. Kyuhyun mencium pipinya sekilas.
“Tahun depan study oppa selesai. Kau harus bersabar arrasseo?”
“Pekerjaan oppa bagaimana?”
“Oppa hanya karyawan sementara disana. Kau tenang saja eo~ Nanti oppa pasti akan bekerja di Seoul.”
Jiyoo membalikkan badan. “Jangan merepotkan diri demi aku.” Ucapnya dingin.
“Mwo? Kau ini ada-ada saja. Tidak ada yang merasa direpotkan sayang~”
Jiyoo hanya mengangguk mengiyakan, ia tak ingin berdebat apapun dengan Kyuhyun malam ini. Jiyoo kemudian memejamkan mata sambil memeluk pinggang Kyuhyun yang selalu hangat untuk dipeluknya. Jiyoo jadi teringat melakukan hal yang sama dengan Donghae semalam. Namja aneh yang tiba-tiba pergi dan satu jam kemudian hanya mengirimkan pesan singkat,
“Mianhae Jiyoo~ aku harus pulang. Aku baru ingat eomma hari ini minta diantar belanja kkk”
Dan tak ada pesan lain setelah itu padahal Jiyoo sudah membalas dan mengirimkan pesan yang sama sebanyak 3 kali.
“Jiyoo, kau sudah tidur?”
“Belum oppa. Wae?”
“Oppa ingin menanyakan sesuatu..”
“Mwoji?”
“Bagaimana hubunganmu dengan Jonghyun?”
Jiyoo menggeleng pelan. “Jangan bahas itu sekarang, oppa.”
“Wae? Kalian bertengkar?”
“Aniya~”
Kyuhyun diam mendengar nada bicara adiknya yang berubah. Kyuhyun tersenyum seraya perlahan mengelus rambut Jiyoo turun ke dahi.
“Jiyoo~”
“Apa?”
“Mana ciuman sebelum tidur buat oppa, eo?”
Jiyoo melengos tak memperdulikan ucapan Kyuhyun yang membuat Kyuhyun tertawa.
“Jangnan mariya~ kkk”
“Aku tidur dulu eo?” pamit Jiyoo sambil memejamkan matanya.
“Ne baby~ jaljjayo~” ucap Kyuhyun lalu mencium dahi adiknya penuh kasih sayang.
-
Kyuhyun mengerjapkan mata beberapa kali melihat Jiyoo lalu lalang dihadapannya. Bukan, bukan Jiyoo yang bermasalah. Melainkan bandana pink yang melekat diatas kepala Jiyoo membuat Kyuhyun sedikit merasa aneh. Jiyoo terlihat menggelikan memakainya, setidaknya itu menurut Kyuhyun,
“Yayaya lepas itu!” seru Kyuhyun pada Jiyoo yang sedang sibuk menata letak sofa dan meja diruang tamu.
“Mwo?”
“Bandana itu aish! Sejak kapan kau mulai menyukai benda itu eo?”
Jiyoo memutar bola matanya kesal. Kadang Kyuhyun suka melebih-lebihkan sesuatu. Come on~ ini hanya sebuah bandana!
“Kau meneriakiku seperti aku memakai benda terlarang saja.”
Kyuhyun berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Kyuhyun lalu beranjak dari posisinya yang sedari tadi bersandar didaun pintu. Kyuhyun berjalan ke sofa, membantu Jiyoo menggesernya.
“Ini hadiah dari Donghae.” Lanjut Jiyoo. “Oppa kenal dia kan?”
“Ne, mantan kekasihmu yang sudah tak perjaka itu.”
Jiyoo mencubit lengan Kyuhyun sebagai tanda tak terima dengan ucapan Kyuhyun barusan.
“Haruskah dijawab dengan sejelas itu?” seru Jiyoo kesal.
“Iya maaf..” Kyuhyun mengelus lengannya, tempat bekas cubitan Jiyoo yang mulai memerah.
Jiyoo melengos lalu berjalan kedapur. Beberapa menit kemudian, Jiyoo kembali keruang tamu dengan 2 kaleng jus yang kemudian ia letakkan diatas meja yang sudah Kyuhyun tata dengan rapi.
“Oppa melewatkan sesuatu sepertinya..” ujar Kyuhyun sambil mengambil kaleng jusnya.
“Maksud oppa?”
“Kau dan Donghae kembali menjalin hubungan kan? Jadi itu alasan kau putus dari Jonghyun eo?”
Jiyoo melotot, minuman yang baru saja turun ditenggorokannya hampir menyembur keluar mendengar ucapan Kyuhyun.
“Aku belum putus hey!” protesnya.
Kyuhyun tertawa. “Aku kira kau sudah putus.”
“Sembarangan.”
Kyuhyun menghempaskan tubuhnya disofa lalu menarik Jiyoo kepangkuannya. Memeluk Jiyoo dari belakang. Terlihat mesra memang, tapi hal ini adalah biasa untuk Kyuhyun dan Jiyoo.
“Apa masalahmu dengan Jonghyun?” tanya Kyuhyun, lebih terdengar seperti interogasi.
“Oppa tau darimana aku dan Jonghyun sedang bermasalah?”
Kyuhyun berdeham. “Semalam wajahmu tampak sedih sekali saat oppa menanyakan tentang Jonghyun. Ayolah jujur pada oppa. Oppa kan bukan orang lain~”
Jiyoo menggaruk belakang kepalanya. “Em..begini. Aku dan J..”
TING TONG
“Ada orang didepan. Oppa liat dulu ya~”
“Andwae. Aku saja.” Ucap Jiyoo lalu bangkit dari pangkuan Kyuhyun kemudian  berjalan ke pintu depan. Kyuhyun yang sedikit penasaran siapa yang bertamu sepagi ini pun mengikuti Jiyoo dari belakang.
Jiyoo membuka pintu dan matanya membulat begitu melihat siapa yang ada didepannya saat ini.
“Kau?” suara Jiyoo terdengar bergetar.
Kyuhyun mendekatkan tubuhnya pada Jiyoo saat melihat Jonghyun berdiri didepan mereka. Kyuhyun mengusap kedua bahu Jiyoo dari belakang, menenangkan. Kyuhyun tahu memang ada yang tidak beres diantara mereka.
“Jiyoo-ya~ saengil chukkae!!” seru Jonghyun seraya mengulurkan tangannya yang menggenggam sebuket bunga mawar.
“Eo Kyuhyun hyung?” Jonghyun membungkukkan  badan saat melihat Kyuhyun. “Sudah lama pulang dari London?”
“Baru kemarin.” Jawab Kyuhyun lalu tersenyum tipis.
Sedang Jiyoo masih tetap pada posisinya. Diam. Matanya memandang tajam pada Jonghyun yang kini ikut memandanginya, bingung.
“Jiyoo baby~ kenapa kau diam saja eo?” tanya Jonghyun.
“KKA!!”
Kyuhyun kaget mendengar teriakan Jiyoo, terlebih Jonghyun. Yang ia harapkan saat ini adalah kekasihnya yang akan menyambut dan memeluknya hangat seperti biasa. Bukan  seperti ini.
“Jiyoo, kau kenapa?”
“Kka! Aku tak ingin melihatmu! Kau brengsek! Kau kira aku tak tahu apa yang kau lakukan malam itu eo? Apa berkencan dengan yeoja sexy termasuk acara keluarga? Iya??”
“M-mwo?” Jonghyun menganga. Tak percaya dengan apa yang ia dengar. Jiyoo tahu akan hal itu.
“Jiyoo, biar aku jelaskan. Aku..”
BLAAM! Jiyoo membanting pintu. Tanpa memperdulikan Kyuhyun yang menyerukan namanya, Jiyoo berlari kekamar dan mengunci diri. Kyuhyun bagaikan teriris mendengar isak tangis adiknya yang terdengar begitu jelas. Kyuhyun mengatur nafas dan membuka pintu. Kyuhyun tak kaget melihat  Jonghyun masih berdiri disana.
“Hyung, aku mohon. Aku..”
“Aku tak tahu apa masalah kalian. Tapi aku minta kau sekarang pulang saja. Temui Jiyoo lain kali.” Kyuhyun lalu membanting pintu tak kalah kerasnya. Jonghyun menghela nafas dan akhirnya memilih pulang. Ia tak ingin nantinya dipukuli Kyuhyun dan mati konyol karna itu.
-
“Jiyoo, buka pintunya..” ucap Kyuhyun penuh khawatir karna sudah 3 jam Jiyoo belum juga bicara apalagi melangkah keluar dari kamarnya.
“Hyung, Jiyoo masih didalam?”
Kyuhyun menoleh. Ia bernafas lega melihat kehadiran Donghae yang tidak disangkanya akan secepat ini. Kyuhyun menggerakkan kepalanya kearah pintu kamar Jiyoo yang tertutup lalu Kyuhyun menggeleng menandakan usahanya belum berhasil.
“Boleh aku?” tanya Donghae sambil menunjuk dirinya.
Kyuhyun mengangguk. “Lee Donghae, kali ini aku percaya padamu. Jangan kecewakan adikku lagi.”
Donghae tersenyum dan mengangguk patuh. Donghae melangkah maju dan mengetuk pintu kamar Jiyoo.
“Jiyoo ini aku..”
Terdengar suara seret langkah kaki dari dalam. Donghae mendekatkan telinganya kedaun pintu.
“Jiyoo, kau dengar aku?”
“Donghae?” suara Jiyoo terdengar samar.
Kyuhyun tersenyum lalu masuk kekamarnya sendiri. Meninggalkan Donghae dan Jiyoo untuk bicara berdua.
“Ne, ini aku. Hey aku mau protes! Dulu saat putus dariku kau tidak berlebihan seperti ini. Ya Jiyoo Cho!”
Jiyoo terkekeh mendengar teriakan cempreng Donghae.Begitu pelan namun Donghae bisa mendengarnya. Donghae merasa lega mendengar Jiyoo yang sepertinya baik-baik saja.
“Ji, bukalah~”
“Ji?”
“Ne. Ji..kau ingat kan itu panggilan sayangku untukmu dulu.”
Jiyoo menyeka airmatanya yang akan turun lagi. “Jebal jangan ingatkan aku..”
“Wae?”
“Ani.”
Donghae menghela nafas panjang. “Jiyoo bukalah..”
Tak ada jawaban atau suara apapun. Donghae agak menyerah, Kyuhyun yang merupakan orang terdekatnya saja tak bisa membujuk Jiyoo. Apalagi dirinya yang dulu pernah membuat Jiyoo menangis…
Donghae mengetuk pintu lagi.
“Aku pulang. Jaga dirimu ya~ Nanti aku akan datang lagi.” Ucap Donghae pelan. Donghae melangkah mundur dan membalikkan badan bermaksud ingin pulang. Namun langkahnya terhenti saat merasa ada sepasang tangan melingkar dipinggangnya.
“Kajima.. Tteonajima..”
“Ji~”
“Donghae jangan pergi.”
Donghae membalikkan badan lalu memeluk Jiyoo erat. “Aku senang kau keluar dari kamar. Apa kau tak bosan terus-terusan didalam sana eo?”
Jiyoo menggeleng. Pelukannya pada Donghae semakin ia eratkan. Rasanya sungguh nyaman, dan Jiyoo sendiri tak tahu kenapa.
“Kau tak kasihan pada oppamu? Kau bilang kau rindu padanya, tapi kenapa kau seperti ini?”
Kembali Jiyoo menggeleng. “Aku merasa lebih nyaman seperti ini denganmu.”
“Ne??” Donghae tentu saja kaget mendengar ucapan Jiyoo yang sangat jujur barusan. Jiyoo memang masih terlalu polos untuk gadis seusianya.
“Ji..oppamu akan sakit jika mendengar ini. Dia sudah datang begitu jauh dari London. Kau tega sekali..”
Jiyoo melepas pelukannya mendengar Donghae berkata begitu. Bagai ada dentuman keras dihatinya. Baru terpikir oleh Jiyoo jika ucapannya memang sedikit keterlaluan. Matanya kemudian beralih pada lorong yang menuju kekamar Kyuhyun. Hening. Tak ada suara apapun dari sana, Jiyoo yakin Kyuhyun pasti mendengarnya tadi.
“Aku ingin menemui oppa. Kau benar, Donghae. Aku tak seharusnya mengatakan hal tadi.” Ucap Jiyoo.
Donghae menggigit bibir bawahnya, ia yang merasa bersalah kali ini. “Ji, aku tak bermaksud..”
“Gwaenchana. Kau pulang saja~”
“Jinjja gwaenchana?”
Jiyoo mengangguk. Donghae mengelus bahu Jiyoo lalu memeluk Jiyoo sesaat.
“Aku pulang dulu. Nanti aku kesini lagi.”
Tak banyak respon yang Jiyoo tunjukkan. Ia hanya mengangguk sambil sesekali tersenyum sampai Donghae keluar dari pintu dan benar-benar pulang.
Jiyoo lalu masuk dan menemui Kyuhyun yang sedang membereskan kopernya. Jiyoo yang melihatnya mendesah kecewa.
“Oppa benar akan pulang secepat ini?”
Kyuhyun menoleh. “Ah Jiyoo, akhirnya kau mau keluar kamar juga kkk..”
“Oppa~~~” rengek Jiyoo sambil melempari Kyuhyun dengan bantal. “Kau tega meninggalkanku?”
“Hhh Jiyoo~” Kyuhyun menghentikan aktifitasnya kemudian berjalan mendekati Jiyoo yang duduk diatas tempat tidurnya. “Ini bukan keinginan oppa, arrasseo? Oppa hanya diberi waktu cuti 3 hari. Oppa tau untukmu itu hanya sebentar, tapi bagi oppa 3 hari itu sudah sangat lebih dari cukup. Oppa bersyukur bisa mengunjungimu walau hanya 3 hari. Oppa bisa lihat adik oppa baik-baik saja bahkan lebih baik. Maafkan oppa ya~”
“Jiyoo yang harusnya minta maaf.”
“Maaf untuk apa?”
Jiyoo menggeleng. Ia hanya diam dan menatap wajah oppanya yang sangat tampan. Entah, Jiyoo hanya sangat mengagumi wajah Kyuhyun.
“Jiyoo~ oppa akan merindukanmu dan itu pasti. Ingat eo, study oppa tinggal 1 tahun lagi.”
“Arro~” Jiyoo mengangguk-angguk patuh. Ini memang terlalu cepat. 3 hari terlalu cepat jika kita menghabiskan waktu dengan orang yang disayangi. Rasanya baru kemarin Jiyoo melihat kehadiran Kyuhyun yang tiba-tiba saja sudah berdiri didepan teras rumah mereka.
“Oh ya, oppa ingin mengatakan sesuatu. Tentang Donghae.”
Jiyoo mendongak saat mendengar nama Donghae. “Dia?” tanyanya bingung.
“Iya~” Kyuhyun membelai rambut panjang Jiyoo. “Donghae orang yang baik.”
“Hm iya oppa. Dia sudah berubah.”
“Menjadi lebih mencintaimu.”
Jiyoo mengerjap mendengar ucapan Kyuhyun. “Oppa bilang apa?”
Kyuhyun tersenyum lalu mencubit pelan pipi Jiyoo gemas. Begitu polos dan sangat ia sayangi.
“Oppa merestui jika kalian ingin kembali menjalin hubungan seperti dulu.”
Dahi Jiyoo berkerut. Masih bingung dengan ucapan Kyuhyun. Dulu saja saat Kyuhyun tahu apa penyebab hubungan Jiyoo dan Donghae berakhir, Kyuhyun mati-matian melarang Jiyoo untuk kembali menemui Donghae apalagi kembali menjadi sepasang kekasih.
Sekarang, tiba-tiba Kyuhyun berbeda 180°. Jiyoo lantas menempelkan punggung tangannya didahi Kyuhyun.
“Oppa gwaenchana?”
“Mwoyaaaa~~ Oppa serius Jiyoo!”
Jiyoo tertawa kecil namun wajah Kyuhyun yang hanya memandangnya tanpa ekspresi membuat tawa Jiyoo hanya bertahan beberapa detik. Kyuhyun memang sedang tidak bercanda.
“Kau menyayanginya, oppa tau..”
“Molla~” Jiyoo mengangkat bahu.
“Iya itu pasti. Oppa bisa lihat dari matamu, oppa juga dengar apa yang tadi kau katakan. Kau lebih nyaman dengannya daripada oppa. Benar begitu?”
“Ah oppa…jangan dengarkan. Itu..itu..”
“Kkk gwaenchana~ Kau sedang jatuh cinta. Oppa paham itu sayang..”
Jiyoo menunduk. Ada rasa menyesal dan sungguh takut jika Kyuhyun tersinggung karena mendengar ucapannya tadi. Dan juga Jiyoo terpikir apakah benar ia jatuh cinta (lagi) pada Donghae? Statusnya saat ini bahkan belum putus dari Jonghyun karena memang belum ada kata ‘putus’.
Bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta dengan orang lain semudah itu? Apalagi Donghae adalah mantan kekasihnya.
“Andwae, oppa. Donghae sudah berhubungan badan dengan beberapa yeoja. Dia terlalu liar. Aku hanya merasa sedikit nyaman dengannya. Hanya itu.” Ucap Jiyoo pelan.
“Bukankah kau bilang tadi Donghae sudah berubah?”
“Iya, tapi…”
“Kau harus lihat ini.” Potong Kyuhyun. Senyum mengembang di wajah tampannya.
Jiyoo mendongak dan menatap bingung pada Kyuhyun yang beralih fokus pada ponselnya. Jari Kyuhyun tampak menggesek layar kesana sini, mengundang rasa penasaran Jiyoo untuk melihatnya.
“Ada apa?” tanya Jiyoo, matanya mencuri pandang kearah ponsel.
“Ini. Bacalah..”
Kyuhyun menyerahkan ponselnya ketangan Jiyoo. Jiyoo menatap sesaat pada Kyuhyun yang tersenyum misterius sekaligus aneh.
“Baca saja~” kata Kyuhyun sambil menunjuk deretan huruf dilayar. Jiyoo yang memang penasaran lantas menurut.
Beberapa detik kemudian, matanya membulat sempurna saat membaca salah satu e-mail yang masuk ke inbox e-mail Kyuhyun. Pesan dari e-mail Jiyoo. Jiyoo begitu yakin ini adalah e-mailnya, namu n seingat Jiyoo ia tak pernah mengirim e-mail pada Kyuhyun dalam waktu dekat ini.
Perlahan Jiyoo membaca tulisan diatas layar tersebut.
“Hyung, ini aku Lee Donghae.Aku ingin bicara denganmu. Sebentar saja. Aku akan menghubungimu melalui skype Jiyoo.”
Jiyoo menggeleng heran dan membuat senyum Kyuhyun semakin lebar.
“Oppa, ini maksudnya apa? Donghae?” tanya Jiyoo tak mengerti.
“Inilah yang akan oppa  jelaskan padamu.”
Kyuhyun tertawa sesaat lalu memulai ceritanya.
“Saat itu oppa sedang dikantor, sekitar pukul 3 sore disaat e-mail itu masuk. Oppa sempat heran dan curiga pada kalian karna Donghae menggunakan alamat e-mail dan skypemu pada tengah malam waktu Seoul. Namun oppa tau adik oppa yang cantik ini pasti tidak akan berbuat macam-macam. Jadi oppa segera menghubungi skypemu seperti yang diminta oleh Donghae.”
Jiyoo melotot. “Dia membuka laptopku!”
“Hahaha dengarkan dulu ceritanya hingga selesai!”
-flashback-
Dengkur halus Jiyoo mulai terdengar seiring malam yang semakin larut. Donghae mengecup dahi Jiyoo lalu perlahan melepas pelukannya agar Jiyoo tidak terganggu dan terbangun. Donghae menyelimuti Jiyoo agar yeoja itu merasa lebih hangat karna hujan tiba-tiba saja turun sesaat setelah Jiyoo masuk ke alam mimpinya.
Donghae duduk sambil memerhatikan jam nakas yang jarum pendeknya mengarah ke angka 1. Sekarang sudah pukul 1 lewat 10 malam, dan sebentar lagi akan menuju pagi.
Donghae mengedarkan pandangan keseluruh kamar Jiyoo yang penuh dengan aksesoris berwana biru langit. Warna favorit Jiyoo sejak dulu. Mata Donghae tertumpu pada tumpukan bingkai foto yang ditata rapi disalah satu dinding yang juga berwarna biru langit. Sebagian besar dari foto-foto tersebut berisi foto Jiyoo dan Kyuhyun, sekitar 60%. Sisanya tentu saja foto Jiyoo dan Jonghyun dan juga Jiyoo dengan beberapa temannya.
Terlintas ide yang cukup gila saat Donghae melihat salah satu foto Jiyoo dan Kyuhyun yang sedang saling merangkul sambil tersenyum begitu bahagianya. Donghae hanya ingin Jiyoo tersenyum seperti itu lagi dan jika Kyuhyun berada disini Donghae yakin ekspetasinya akan mudah terwujud.
Donghae tersenyum cukup lama saat memandangi Jiyoo yang tidur begitu polos layaknya bayi.
“Maafkan aku Jiyoo~ kkk”
Donghae bangkit menuju meja belajar Jiyoo yang berada disudut ruangan. Laptop Jiyoo yang tergeletak begitu saja diatas meja dan tanpa diberi kata sandi itu membuat Donghae tertawa misterius.
Donghae mengatur nafas, ia memejamkan matanya seraya berdoa semoga apa yang ia lakukan ini akan berjalan lancar.
-flashback end-
“Oppa dan Donghae berbicara hanya sebentar. Hanya 10 menit lalu oppa segera mengurus kepulangan oppa ke Seoul yang semua biayanya akan Donghae ganti nanti. Oppa sudah menolaknya karna oppa memang ingin pulang. Hanya saja, oppa baru diberikan cuti sekitar 2 bulan lagi. Yah kemarin itu hari ulangtahun adik oppa yang ke-20 dan Donghae benar, hal semacam itu tak akan bisa diundur. Oppa akhirnya memohon pada atasan oppa untuk menukar jadwal cuti oppa.” Jelas Kyuhyun sambil menepuk-nepuk pundak Jiyoo yang sedari tadi hanya diam dan menyimak tanpa berbicara sedikitpun.
Jiyoo kaget tentu saja. Mulutnya menganga selama beberapa saat. Ia tak menyangka sama sekali jika Donghae melakukan hal ini untuknya. Tapi kenapa? Kenapa Donghae bisa senekat itu?
“Oppa mulanya kesal sekali melihat wajahnya di layar apalagi dia menggunakan akunmu. Tapi Donghae menjelaskan semuanya dengan jujur, wajahnya terlihat memelas dan oppa jadi tak tega.”
“J-jinjja?”
Kyuhyun hanya tersenyum lalu bangkit dan kembali sibuk pada kopernya.
“Ikuti kata hatimu.”
Jiyoo melangkah keluar dari pagar rumahnya.Gadis cantik ini mengeluh dingin sambil berulang kali menggosokkan kedua telapak tangannya. Cuaca pagi ini sebenarnya sangat mendukung untuk bermalas-malasan saja dirumah, namun hari ini adalah hari pertama Jiyoo masuk kuliah kembali setelah libur semester yang cukup panjang.
Jiyoo kembali seperti beberapa bulan kebelakang, tidak ada siapapun dirumahnya kecuali dirinya sendiri. Kyuhyun sudah kembali ke London 3 hari yang lalu. Donghae juga sudah tak pernah menemuinya lagi setelah hari itu, menghubungi lewat ponsel pun tidak.
Sedang hubungan  Jiyoo dan Jonghyun semakin memburuk. Setelah kejadian hari itu, Jiyoo entah sudah berapa kali mengabaikan semua telpon dari Jonghyun bahkan sempat Jiyoo melempar ponselnya karena kesal benda itu sangat mengganggu.
Jiyoo terus saja berjalan menyusuri trotoar dengan beberapa pejalan kaki lainnya yang juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Jiyoo menunduk. Buruk sekali dihari pertamanya Jiyoo justru tidak bersemangat sedikitpun.
Jiyoo hanya merasa sepi tidak ada orang yang bisa ia ajak bicara beberapa hari ini. Sungguh membosankan. Menyebalkan.
Langkah Jiyoo terhenti saat mendengar suara klakson dari sebuah mobil yang berjarak tidak begitu jauh darinya. Refleks Jiyoo menoleh. Seorang namja yang turun dari mobil berwarna silver itu membuat mood Jiyoo menjadi semakin parah.
Jiyoo melihat Jonghyun sedang berdiri dan berjalan kearahnya sekarang. Jiyoo tak memperdulikannya, dengan  acuh ia berjalan menjauh dari namja yang masih berstatus kekasihnya itu.
“Jiyoo tunggu~!” seru Jonghyun. Dengan cepat Jonghyun mengejar dan meraih lengan Jiyoo lalu memeluk yeoja itu dengan erat. Jiyoo memberontak tentu saja. Sekuat mungkin didorongnya tubuh Jonghyun hingga namja itu terpental dan hampir terjatuh.
“Sondaejima! Kau menjijikkan!” desis Jiyoo, matanya sungguh menunjukkan kebencian yang amat sangat. Namja ini pernah sangat dicintainya dulu, Jiyoo mulai sadar jika mencintai seseorang secara berlebihan justru akan membuatnya membenci orang itu dengan mudah.
“Aku minta maaf, Jiyoo-ya~ Maaf aku sudah berbohong. Sebenarnya yeoja direstoran itu adalah…”
“Kekasih barumu?” potong Jiyoo cepat. “Aku tak peduli lagi apa alasanmu. Mulai sekarang hubungan kita sampai disini. Gamsahamnida.”
Jonghyun membelalak mendengar ucapan Jiyoo yang seperti dentuman keras didadanya. Dari hatinya yang terdalam ia sangatlah menyayangi Jiyoo, gadis yang ia sudah ia sukai sejak sekolah menengah dulu. Gadis yang direstoran tempo hari hanyalah seorang gadis penghibur. Jonghyun tahu ia tak bisa menyentuh Jiyoo sembarangan seperti yeoja lain, maka dari itu ia mencari gadis lain untuk jadi pelampiasan. Jonghyun menunduk, sangat menyesali perbuatan bodohnya.
“Aku janji akan berubah Jiyoo, aku mohon jangan begini..” ucap Jonghyun penuh sesal.
“Tidak Jonghyun, aku tidak bisa. Maaf.”
Jonghyun mendongak, menatap dalam mata Jiyoo. Tiba-tiba terbersit bayangan lelaki yang saat itu pernah membuatnya dan Jiyoo bertengkar. Seringai kecil muncul dibibir Jonghyun.
“Jiyoo, kau mulai menyukai Donghae lagi?”
“Mwo?”
“Oh kini aku tahu.. Kau sengaja menunggu aku membuat kesalahan yang sebenarnya sepele lalu kau mengakhiri hubungan kita karena kau ingin kembali dengan lelaki cabul itu. Iya kan?”
Jiyoo menganga. Gila. Jiyoo tak menyangka Jonghyun bisa berpikir sepicik itu padanya. Jiyoo tertawa miris lalu menghela nafas panjang.
“Kau salah besar. Dan kesalahanmu bukan hal sepele, Kim Jonghyun. Dan jika kau memang minta kubandingkan dengan Lee Donghae kau dengar ini, kau sudah sering membohongiku dan Donghae tidak pernah. Saat aku menemukan video terkutuk itu, Donghae mengakui jika itu benar dia. Sementara kau? Pikir sendiri.”
Jiyoo hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi menjauh, meninggalkan Jonghyun yang masih terdiam mencerna perkataan Jiyoo.
“Yeoja bodoh! Kau lebih memilih lelaki cabul itu daripada aku? Geurae! Kau akan menyesal!” teriak Jonghyun marah dan Jiyoo hanya tersenyum mendengarnya.
Saat ini Jonghyun sudah  menunjukkan siapa dia sebenarnya. Donghae sama sekali tak pernah meneriaki Jiyoo seperti itu.
Sekali lagi, Jiyoo tertawa miris karena kembali membandingkan mereka berdua.
“Ada apa denganku, Tuhan?”
Satu minggu yang buruk. Tidak ada Kyuhyun, Jonghyun, ataupun Donghae. Mendadak Jiyoo merasa sangat merindukan namja mesum namun berhati lembut itu. Bahkan lebih rindu dibanding rindu pada oppanya sendiri.
Jiyoo membuang nafas saat melihat seseorang yang mirip dengan Donghae berjalan melintas didepannya bersama seorang yeoja.
Jiyoo melotot, diperhatikannya namja itu. Buru-buru Jiyoo mengusap kedua matanya memastikan jika itu memang benar-benar Donghae. Dan benar saja, itu bukan namja yang hanya mirip dengan Donghae. Itu benar dia.
Jiyoo terpaku saat Donghae merangkul yeoja yang cukup sexy itu. Jiyoo merasa Donghae memang sudah lupa padanya, tapi penjelasan dan harapan Kyuhyun agar Jiyoo memikirkan kembali kedekatannya dengan Donghae tempo hari membuat dada Jiyoo sesak. Bisa Jiyoo rasakan jika Kyuhyun begitu banyak berharap banyak pada kebaikan Donghae pada adiknya selama ini. Apalagi Donghae sangat memaksakan diri agar mempertemukan Jiyoo dan Kyuhyun.Tapi kenyataan hari ini begini adanya. Tak sadar airmata Jiyoo jatuh, hatinya sakit sekali. Jiyoo menggigit bibir bawahnya kuat dan segera ia berlari menjauh dari taman kota.
“Otte oppa? Aktingku bagus?”
“Bagus sekali! Kkk terima kasih telah membantu hoobae~”
“Arrasseo, semoga rencanamu berhasil oppa. Hwaiting!”
-
Mata Jiyoo masih sedikit basah. Sudah beberapa menit dirinya berjalan lemah dengan perasaan yang sama saja lemah bahkan sungguh pilu. Entahlah. Jiyoo hanya merasa bingung dan iba pada dirinya sendiri. Begitu banyak hal yang membuatnya sedih sendiri akhir-akhir ini. Apalagi melihat Donghae bersama gadis lain seperti tadi, mengapa rasanya bisa begitu sakit?
Jiyoo mendongak. Ia sudah sampai didepan pagar rumahnya. Jiyoo lalu masuk kedalam rumah bermaksud ingin tidur dan istirahat secukupnya, setidaknya dengan tidur ia bisa melupakan masalah yang tengah ia alami walaupun hanya sebentar.
“Jiyoo~!”
Jiyoo menoleh kebelakang mendengar namanya dipanggil. Jantung Jiyoo berdegup kencang melihat Donghae yang berdiri diujung jalan.
“Apa yang ia lakukan disini?”
Donghae tersenyum lebar. Kepalanya mendongak keatas lalu ia menjetikkan jari. Jiyoo membelalak kaget melihat sehelai besar kain putih tiba-tiba saja terbentang. Tak sempat Jiyoo memikirkan darimana kain putih itu berasal, Jiyoo kembali kaget melihat tulisan berwarna merah diatasnya.
“IM SORRY!”
Jiyoo tersenyum tipis melihat usaha Donghae yang menurutnya aneh hanya untuk minta maaf. Sedangkan Donghae diseberang sana hanya diam dengan wajah tersenyum namun tidak mengucapkan apapun.
“Annyeong~”
Seseorang dengan kostum badut tiba-tiba muncul dihadapan Jiyoo. Jiyoo meloncat kaget, ingin rasanya ia memukul kepala badut ini karna sudah mengagetkannya. Namun tak lama beberapa aksi dari sang badut membuat Jiyoo tersenyum bahkan tertawa. Jiyoo tahu pasti ini adalah bagian dari rencana Donghae yang memang sudah tahu jika Jiyoo menyukai badut dengan segala tingkah konyol  mereka.
Tawa Jiyoo terhenti perlahan saat si badut tersenyum simpul sambil memberikan sebuah gulungan kertas yang ia taruh di depan kaki Jiyoo. Jiyoo mengambil lalu membukanya.
“Yeoja yang ditaman tadi adalah artis yang membantu skenarioku hari ini^^v”
Alis Jiyoo tertaut. “Skenario?”
“Agasshi, jika kau akan bilang iya tolong ambil bunga putih. Jika tidak ambil saja yang warna hitam.” Ucap si badut dan kembali membuat  Jiyoo bingung.
“Dia melakukan ini hanya untuk permintaan maaf? Aku kira terlalu berlebihan.” Sahut Jiyoo.
“Oh, aku kira tulisannya sudah berubah.”
Badut kembali tersenyum lalu menunjuk pada kain putih yang masih terbentang. Yah tulisannya memang sudah berubah, dan Jiyoo kembali melotot. Apa penglihatannya kali ini tidak salah?
“WOULD YOU BE MY GF AGAIN?”
Jiyoo berkali-kali mengedipkan matanya untuk memastikan ia tidak salah. Dan Jiyoo menangis. Donghae yang sedang memegang sebuket mawar putih diseberang sana membuat Jiyoo yakin semua ini memang benar. Donghae kembali menyatakan perasaanya dan kali ini bahkan lebih dari yang Donghae lakukan dulu. Donghae sudah benar-benar membuatnya lemas.
Badut didepan Jiyoo masih tersenyum dan menunggu Jiyoo mengambil salah satu bunga ditangannya. Perlahan Jiyoo mengulurkan tangannya mendekat pada satu tangkai bunga yang berwarna hitam, menbuat si badut melotot.
“Agasshi, jeongmaleyo?” tanyanya.
Jiyoo mengangkat bahu. Ia benar-benar mengambil bunga mawar yang kelopaknya berwarna hitam.
Sedangkan Donghae diujung sana sudah sangat was-was menanti jawaban Jiyoo.  Mata Donghae sedikit membesar melihat badut suruhannya berjalan pelan kearahnya dengan membawa satu bunga yang benar-benar Donghae harapkan tak berada ditangan badut itu.
Bunga mawar putih. Itu artinya Jiyoo mengambil mawar hitam, dan itu juga berarti Jiyoo menolaknya.
“Dia..Dia mengambil mawar hitam?” tanya Donghae masih tak percaya. Badut hanya mengangguk.
“Tuan, Cho agasshi menitipkan ini.” Ujar Badut sambil memberikan gulungan kertas.
Dengan cepat Donghae membukanya. Dan giliran Donghae yang lemas sekarang. Namja itu terduduk ditepi jalan membuat si Badut menatapnya heran.
“Apa katanya?”
“Kau bacalah.” Sahut Donghae sambil melempar gulungan itu.
”JANGAN HANYA BERIKAN SATU TANGKAI BUNGA PUTIH PADAKU. AKU MINTA SATU BUKET. SURUH BADUTMU TARUH BUNGA ITU DIBUKET YANG KAU PEGANG.”
“Sial.”
Donghae dan si Badut lalu tertawa. Begitu juga dengan Jiyoo diseberang. Jiyoo senang sekali bisa mengerjai mereka.
“Kau pelit sekali!” seru Jiyoo dan kembali membuat Donghae tertawa.
“Awas kau!” Donghae segera bangkit dan berlari mendekati Jiyoo. Kemudian memeluk yeoja itu erat.
“Aku kira kau tidak menerimaku, Ji~”
“Aku bodoh jika menolakmu, Lee~”
Jiyoo menerima Donghae tentu saja. Itu yang Donghae inginkan dan Jiyoo memang merasa kembali mencintainya.
“Saranghaeyo Cho Jiyoo~”
“Nado saranghae, Lee Donghae~”
Donghae dan Jiyoo masih berpelukan dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Yang pasti keduanya sama-sama merasa bahagia hari ini.
Donghae begitu bahagia karena cintanya kembali diterima oleh yeoja yang pernah ia kecewakan dahulu. Donghae berjanji pada dirinya sendiri akan benar-benar berubah dan akan selalu menjaga Jiyoo. Demi dirinya, demi Jiyoo, dan juga demi Kyuhyun yang sangat mendukung mereka untuk menjalin hubungan kembali.
THE END